2.1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial (International Association for the Study of Pain, 1986). Sangat sulit untuk mendefinisikan nyeri dengan jelas karena hal ini sangat personal dan subjektif.
2.2. Fungsi Nyeri
a. Fungsi protektif
Digunakan untuk menghindarkan tubuh dari ancaman bahaya dari luar tubuh.
b. Fungsi tanda bahaya
Fungsi ini muncul sebagai akibat dari adanya kerusakan jaringan dalam tubuh.
2.3. Teori Nyeri
a. Teori spesifik
Nyeri adalah sensasi seperti halnya melihat dan mendengar. Terjadi melalui sistim transmisi nyeri dari reseptor ke pusat nyeri di otak. Untuk menghilangkan nyeri dilakukan dengan pemotongan (neurosurgical) jalur nyeri.
b.Teori gate control
Dikemukakan oleh Malzack dan Wall (1965). Sensasi nyeri berjalan sepanjang serat saraf diameter kecil C-delta, melewati gate (terdapat di substansi gelatinosa), melalui transmisi ke sel otak. Sensasi ini dapat diblok pada gatenya dengan memberikan stimulasi pada serat saraf berdiameter besar A-delta yang membawa sensasi umum. Gate ini juga dapat ditutup dengan aktivitas otak. Faktor psikologis, pengalaman nyeri terdahulu dan beberapa kondisi fisik dan mental berpengaruh terhadap persepsi nyeri.
2.4. Tipe-Tipe Nyeri
a. Kategori mayor.
1. Nyeri akut : terjadi segera setelah cedera/operasi dan waktunya dapat diperkirakan.
2. Nyeri akut kronik : terjadi sepanjang hari pada beberapa periode, misalnya pasien dengan kanker, cedera spinal cord, nyeri luka bakar.
3. Nyeri benigna kronik : terjadi berulang dalam periode tahun, misalnya nyeri punggung, nyeri kepala, arthritis.
b. Berdasarkan sumber dan lokasi
1. Nyeri superfisial : terjadi bila kulit /struktur permukaan terkena stimulus nyeri.
2. Nyeri dalam : bersumber dari struktur dalam seperti otot dan organ viseral.
3. Nyeri reffered (menjalar) : nyeri aneh yang kadang timbul kecil/tidak nyeri pada tempat rangsang berbahaya, misalnya ischemi myocardial.
2.5. Proses Nyeri
Nyeri adalah sebuah fenomena yang kompleks.
a. Kerusakan dari jaringan yang merangsang reseptor nyeri (nociceptive) atau terjadi karena adanya kerusakan dari sistim transmisi nyeri itu sendiri. Secara umum nyeri adalah sebuah proses yang terdiri dari : transduksi, transmisi dan modulasi nyeri, persepsi nyeri dan reaksi nyeri.
b. Persepsi adalah proses kedua dari nyeri. Setelah nyeri diterima dan ditransmisikan, kemudian harus diinterpretasikan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu sehingga dengan rangsangan yang sama setiap individu akan mempunyai persepsi yang berbeda. Ada interaksi antara faktor psikologis dan kognitif neurofisiologis dalam persepsi nyeri. Menurut Meinhart dan McCaffery (1983) ada tiga sistim persepsi nyeri yaitu diskriminasi-sensori, afeksi-motivasi dan evaluasi kognitif.
c. Respon/reaksi adalah proses ketiga dari nyeri. Respon ini terdiri dari respon fisiologis dan respon tingkah laku. Respon fisiologis berupa respon simpatik dan parasimpatik. Yang paling hebat dari respon ini adalah syok neurogenik. Respon tingkah laku pada setiap pasien sangatlah berbeda karena dipengaruhi oleh situasi, kultur, umur, jenis kelamin, penyebab nyeri, toleransi, nilai dan kemaknaan. Juga faktor psikologis seperti takut, cemas dan depresi. Ada tiga fase dalam respon tingkah laku ini adalah fase antisipasi, fase sensasi, fase setelah nyeri.
2.6. Penanganan Non Invasif Hipnoterapi
Hypnotherapy adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.
Secara konvensional, Hypnotherapy dapat diterapkan kepada mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu : (1). Bersedia dengan sukarela (2). Memiliki kemampuan untuk fokus (3). Memahami komunikasi verbal.
Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta
Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur dengan perangkat EEG)
Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7 – 14 Cps.
Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps
Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps
Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.
Pada saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta.
Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sngat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang bersangkutan
Saat hypnosis dilakukan untuk menekan nyeri, ada penurunan aktivitas di daerah jaringan nyeri (pusat persepsi nyeri) dan peningkatan aktivitas pada area otak lainnya saat hypnosis. Peningkatan tersebut bisa spesifik bisa juga tidak tetapi jelas melakukan sesuatu hal yang menurunkan atau menghambat signal nyeri masuk ke struktur kortikal.
Jaringan nyeri berfungsi seperti system relay. Input signal nyeri berasal dari saraf perifer di daerah dimana rangsang nyeri diberikan, kemudian masuk ke dalam spinal cord dimana informasi diproses dan disalurkan ke dalam batang otak. Dari sini signal menuju area otak tengah dan akhirnya masuk ke dalam korteks otak yang berkaitan dengan persepsi sadar terhadap stimulus eksternal seperti nyeri.
No comments:
Post a Comment