Friday, June 5, 2009

Pengaruh Angiotension terhadap tekanan darah

RAAS (renin-angiotensin-aldosterone system) memainkan peran penting dalam pengaturan volume darah dan tahanan system vaskuler, dimana keduanya bersama mempengaruhi cardiac output dan tekanan arterial.

Sebagaimana disebutkan dalam namanya, ada 3 komponen penting dalam system ini yaitu :

1) Renin

2) Angiotensin

3) Aldosterone.

Renin, yang secara utama dilepaskan oleh ginjal, menstimulasi bentuk dari angiotensin dalam darah dan jaringan, yang merubah stimulasi pelepasan aldosterone dari corteks adrenal

Renin adalah enzyme proteolytic yang dilepaskan ke dalam sirkulasi utamanya oleh ginjal. Pelepasannya distimulasi oleh :

1) Aktivasi saraf sympathetic (diaktifkan melalui b1-adrenoceptors)

2) Hypotensi arteri renalis (disebabkan hipotensi sistemik atau stenosis arteri renalis)

3) Penurunan pengiriman sodium ke tubulus distal dari ginjal.

Ketika renin dilepaskan ke dalam darah, beraksi atas substrat sirkulasi yaitu angiotensinogen yang diubah menjadi angiotensin I. Endotel Vaskuler, khususnya dalam paru, memiliki enzym yaitu angiotensin converting enzyme (ACE) yang mengubah angiotension I menjadi angiotensin II.

Ketika tekanan darah rendah, ginjal mengeluarkan renin. Rennin merangsang aktivasi RAAS seperti yang telah disebutkan diatas. Angiotensin II menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah. Angiotensin II juga merangsang sekresi hormon aldosterone dari korteks adrenal. Aldosterone menyebabkan tubulus ginjal menahan sodium air. Peningkatan volume cairan dalam tubuh ini, juga menaikkan tekanan darah.

Jika sistem renin-angiotensin-aldosterone terlalu aktif, tekanan darah akan terlalu tinggi. Ada banyak obat yang menghambat langkah – langkah dari sistem ini untuk menurunkan tekanan darah. Obat – obat ini merupakan satu dari beberapa langkah penting dalam upaya mengontrol tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, gagal ginjal dan efek berbahaya dari diabetes melitus.

Askep Bells Palsy

Pengertian

Bell's palsy merupakan kelumpuhan (relatif) mendadak otot-otot wajah sesisi; dapat mencemaskan karena umumnya terjadi tanpa gejala pendahuluan dan menyebabkan wajah miring/mencong sehingga dikacaukan dengan gejala gangguan peredaran darah otak (stroke).

Berbeda dari Gangguan Peredaran Darah Otak, kelumpuhan wajah sesisi ini tidak dibarengi dengan kelumpuhan anggota badan/tubuh lainnya.

Web Of Causen









Penyebab

Bell's palsy disebabkan oleh pembengkakan n. facialis sesisi; akibatnya pasokan darah ke saraf tersebut terhenti, menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar impuls/rangsangnya terganggu; akibatnya perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.

Kausanya tidak diketahui, umumnya dianggap akibat infeksi semacam virus herpes simpleks. Virus tersebut dapat dormant (`tidur') selama beberapa tahun, dan akan aktif jika yang bersangkutan terkena stres fisik ataupun psikik. Sekalipun demikian Bell's palsy tidak menular.

Gejala

Otot-otot wajah satu sisi lumpuh sehingga wajah menjadi miring/mencong, kelopak mata tidak dapat menutup sehingga bola mata akan berair terus-menerus, sebaliknya akan kering di malam hari (jika tidur).

Kesulitan berbicara dapat terjadi akibat mulut/bibir yang tertarik ke satu sisi. Kadang-kadang kemampuan mengecap/merasa juga terganggu dan suara-suara terdengar lebih keras di satu sisi yang terkena.

Kelompok yang rentan terhadap Bell's palsy

- Remaja usia 20-an

- Lanjut usia setelah 60 tahun.

- Wanita hamil

- penderita diabetes melitus

- pasca flu

Bagaimana pengobatannya

Kebanyakan akan pulih tanpa pengobatan dalam 2 minggu; tetapi umumnya digunakan kortikosteroid seperti prednison dan antivirus seperti asiklovir dalam 2 ­ 3 hari pertama; pengobatan dini dengan cara ini memperbaiki prognosis sampai 20%.

Kira-kira 70% sembuh dalam beberapa bulan, 15% masih merasa sedikit kelemahan. Pada kira-kira 10 ­ 20% pasien, Bell's palsy dapat terulang

Kemungkinan Diagnose Keperawatan

Perubahan Body image b/d kelumpuhan otot wajah

Cemas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur pengobatan

Kurang pengetahuan b/d tidak terpajan informasi

Intervensi Keperawatan

Diagnose Keperawatan : Perubahan Body image b/d kelumpuhan otot wajah

Tujuan : Body image kembali baik

Kriteria hasil :

- Pasien mengungkapkan bahwa dirinya menerima kondisi yang ada pada dirinya (kelumpuhan otot wajah)

- Pasien tidak mengalami kecemasan (dengan skala HARS)

- Pasien mampu melaksanakan peran dengan kondisi baik pada semua fungsi bio – psiko – sosial.

Intervensi

- Bina hubungan saling percaya

Rasional : agar bisa terbina hubungan terapeutik

- Jelaskan tentang penyakit, penyebab dan prognosisnya

Rasional : agar pasien tidak cemas dan kooperatif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

- Bantu pasien untuk mengungkapkan konsep dirinya secara utuh

Rasional : untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien khususnya konsep diri dan sebagai dasar pelaksanaan tindakan selanjutnya

- Bantu pasien untuk melakukan koping adaptif

Rasional : koping adaptif akan membantu seseorang menghindari stres yang berlarut – larut dan tetap bisa melakukan tindakan asertif

Asuhan Keperawatan Vertigo

I. Diagnosis Medis

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

Kausa vertigo sendiri dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Vestibuler

a. Drugs: alkohol

b. Fisiologis: motion sickness

c. Vestibular neuronitis

d. Meniere's disease

e. Labyrnthitis

f. Post-traumatic vertigo

g. Perilymphatic fistula

2. Non-vestibuler (sentral)

a. Cerebeller hemorrhage

b. Brainstem ischemic attacks

c. Basilar artery migrane

d. Posterior fossa tumors

e. Multiple sclerosis.

Berdasarkan gejala klinis vertigo dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Vertigo Paroksismal

ialah vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna, namun suatu ketika serangan tersebut muncul kembali.

2. Vertigo kronis

Vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut.

3. Vertigo akut

Vertigo yang datang serangannya mendadak/akut, berangsur mengurang tetapi pasien tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan

Vertigo dapat terjadi tiba-tiba dan berlangsung sebentar, tapi dapat pula terjadi selama beberapa hari. Mereka dengan vertigo yang berat bisa jadi tak dapat bangun dari tempat tidur dan hal ini akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari. Untuk itu, gejala vertigo dapat bervariasi tergantung berat ringannya. Gejala yang dapat dirasakan antara lain:

  • Tempat pasien berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
  • Mual
  • Muntah
  • Sulit berdiri atau berjalan
  • Sensasi kepala terasa ringan
  • Tak dapat memfokuskan pandangan

II. Web Of Causen










III. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaannya dibagi menjadi:

1 Terapi kausal

sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya.

2. Terapi simtomatik

ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya. Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas, disamping anti vertigo lainnya.

3. Terapi Rehabilitasi

Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.

IV. Fokus Pengkajian

1) Keluhan Utama

Merasa pusing, tempat berpijak berputar atau bergerak-gerak,Sulit berdiri atau berjalan, kepala terasa ringan, tak dapat memfokuskan pandangan, Mual Muntah

2) Riwayat Kesehatan

· Adanya riwayat trauma

· Adanya riwayat infeksi telinga

· Adanya riwayat gangguan persyarafan.

· Adanya faktor pencetus seperti kelelahan, ketidak seimbangan psiko sosial

3) Pola fungsi Kesehatan

  • Perubahan pola istirahat (tidur)
  • Perubahan pola pemenuhan nutrisi
  • Perubahan neuro sensori

4) Pemeriksaan Fisik

  • Tekanan Darah : Tinggi atau rendah
  • Mata : adanya diplopia
  • Telinga : nyeri tekan, adanya cairan
  • Neurologis : tremor

5) Pemeriksaan Penunjang

  • Hasil CT – Scan : adanya tumor, adanya massa lain (seperti darah, cairan dan lain sebagainya)

V. Diagnosis Keperawatan

1) Gangguan pola pemenuhan nutrisi b/d mual muntah

2) Cedera (resiko tinggi terhadap) b/d vertigo

3) Kerusakan penilaian b/d ketidakmampuan yang memerlukan perubahan gaya hidup akibat vertigo yang tidak dapat diperkirakan

4) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaan b/d tidak terpajan informasi

5) Cemas b/d kurang pengetahuan atau ancaman/perubahan status kesehatan & efek ketidakmampuan vertigo

VI. Intervensi Keperawatan Dan Rasionalisasi

1) Dx Keperawatan : Gangguan pola pemenuhan nutrisi b/d mual muntah

Tujuan : Pola pemenuhan nutrisi kembali normal

Kriteria : Klien mampu menghabiskan menu dari RS

Klien tidak muntah setelah makan

Rencana:

· Jelaskan tentang nutrisi dan cara pemenuhannya

R/ agar klien kooperatif

· Kaji antropometri

R/ untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan dasar pelaksanaan tindakan selanjutnya

· Kaji tekanan darah dan nadi

R/ untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan dasar pelaksanaan tindakan selanjutnya

· Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

R/ untuk mengurangi rangsang muntah

· Siapkan lingkungan yang menyenangkan

R/ agar mengurangi irritabilitas dan membantu klien mendapatkan kembali ”appettite”nya.

· Kolaborasi medis dalam pemberian obat anti emetik

R/ untuk mengurangi rangsang muntah

2) Dx Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

Kriteria : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Rencana :

· Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi.

R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

· Kaji latar belakang pendidikan pasien.

R./ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

· Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

· Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.

R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

· Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).

R./ Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan

3) Dx Keperawatan : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria : Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

Emosi stabil., pasien tenang.

Istirahat cukup.

Rencana :

· Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

R./ Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

· Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

R./ Dapat meringankan beban pikiran pasien.

· Gunakan komunikasi terapeutik.

R./ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

· Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

· Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

· Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

R./ Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

· Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

R./ Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

Perencanaan dan Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan

2.1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi – fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan

Ada empat tujuan perencanaan yaitu :

1) Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.

2) Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.

3) Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.

4) Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.

Selain keempat hal tersebut, sebagian besar studi menunjukan adanya hubungan antara perencanaan dengan kinerja perusahaan

Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).

1) Sasaran

Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.

Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.

Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkatkan kinerja," "naikkan profit," atau "kembangkan perusahaan," sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat gambar).

Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO. Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.

2) Rencana

Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwa, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.

Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.

Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%." Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.

2.2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah tindakan untuk menata kembali bagian – bagian mengikuti satu atau beberapa peraturan. Sesuatu biasanya dikatakan terorganisir ketika segala sesuatu memiliki pengaturan yang tepat tentang penempatannya. Ada juga yang menyebutkan bahwa bisa dikatakan benar - benar terorganisir bila setiap bagian membutuhkan waktu yang sama untuk menemukannya. Dalam konteks pengertian ini, pengorganisasian didefinisikan sebagai penempatan objek berbeda dalam suatu pengaturan logis untuk pencarian termudah.

Organisasi sendiri diartikan sebagai kelompok orang – orang yang mengorganisir beberapa hal khusus seperti masalah politik, keuangan dan lain – lain. Jadi meskipun pengorganisasian bisa dilihat dalam sebuah definisi sederhana, namun bisa juga diartikan sebagai pengorganisasian informasi dunia.

Pengorganisasian adalah kumpulan dari pandangan yang dalam suatu manajemen dilakukan setelah perencanaan. Di dalamnya termasuk bentuk kesepakatan, pengelompokan tugas kedalam suatu bagian, dan kesepakatan tentang otoritas dan alokasi sumber daya di dalam suatu organisasi.

2.3. Perencanaan Dan Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan adalah suatu organisasi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu jenis produk yang berbentuk layanan kesehatan. Produk layanan ini ditujukan kepada pelanggan yang mempunyai karakteristik sangat majemuk. Untuk itu institusi pelayanan kesehatan memerlukan suatu manajemen yang cukup kompleks agar produk jasa layanan kesehatan yang dihasilkan sesuai dengan harapan pelanggan, memuaskan pelanggan dan pada akhirnya juga mencapai semua yang menjadi tujaun awal dari pendirian institusi tersebut.

Perencanaan dan pengorganisasian adalah 2 (dua) langkah penting dalam manajemen, termasuk dalam manajemen pelayanan kesehatan. Pihak manajemen pelayanan kesehatan harus merencanakan berbagai input (masukan) untuk proses pemberian layanan yang baik. Semua input yang ada merupakan sumberdaya utama pelaksanaan proses yang terdiri dari Hardware (perangkat keras) dan Software (perangkat lunak). Perangkat keras yang dimaksud adalah semua material yang dipakai selama proses pemberian layanan baik alat, bangunan atau juga bahan habis pakai. Perangkat lunak dalam suatu institusi pelayanan kesehatan adalah beberapa kesepakatan, aturan, prosedur pelayanan standar (SOP = standard operating procedure) dan lain sebagainya yang menjadi acuan pelaksanaan proses layanan.

Setelah semua sumberdaya direncanakan, institusi pelayanan kesehatan harus mulai memenuhi semua kebutuhan tersebut dan mengatur penempatan dan penggunaannya dengan baik. Inilah yang dimaksud dengan pengorganisasian dalam institusi pelayanan kesehatan. Termasuk di dalamnya adalah pengaturan personel pelaksana dan penanggung jawab pada setiap bagian / unit.

Bila perencanaan yang matang dan pengorganisasian yang baik telah dilakukan, maka intitusi pelayanan bisa mulai melakukan suatu kegiatan layanan kesehatan bagi semua pelanggannya

Glukagon & insulin

Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets) Langerhans. Dua dari hormon - hormon tersebut, insulin dan glukagon memiliki fungsi penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon ketiga, somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan yang keempat polipeptida pankreas berperan pada fungsi saluran cerna.

Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam amino. Glukagon bersifat katabolik, memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam amino dari penyimpanan ke dalam aliran darah. Kedua hormon ini bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian besar keadaan disekresikan secara timbal balik. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang dan koma.

Insulin (bahasa Latin insula, "pulau", karena diproduksi di Pulau-pulau Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat. Selain merupakan "efektor" utama dalam homeostasis karbohidrat, hormon ini juga ambil bagian dalam metabolisme lemak (trigliserida) dan protein – hormon ini memiliki properti anabolik. Hormon tersebut juga mempengaruhi jaringan tubuh lainnya.

Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah kulit/subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan absolut hormon tersebut; pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin, dan kadang kala membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar glukosa darah

Glukagon adalah antagonis dari insulin: Pada prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam darah. Dia diproduksi di sel alpha dari pankreas. Glukagon melewati dalam proses sintesenya yang disebut sebagai limited proteolyse, yang artinya molekul glucagon berasal dari prohormon yang lebih tepatnya disebut sebagai prohormon. Gen untuk glukagon selain di pankreas juga terdapat di otak dan sel enteroendokrin L di sistem pencernaan (Ileum dan Kolon).


Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif, menyebabkan diabetes melitus, suatu penyakit kompleks yang bila tidak diobati dapat mematikan. Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia, dan kelebihan glukagon menyebabkan diabetes memburuk. Produksi somatostatin yang berlebihan oleh pankreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes lainnya.

Diabetes melitus dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai penyakit kencing manis. Dimana terjadi karena terjadi peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah yang berlebihan dan terjadi secara menahun. Diabetes melitus dapat diklasifikasikan secara etiologi menjadi dua yaitu Diabetes tipe 1 dan Diabetes tipe 2

Nyeri & Hipnotherapy

2.1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial (International Association for the Study of Pain, 1986). Sangat sulit untuk mendefinisikan nyeri dengan jelas karena hal ini sangat personal dan subjektif.

2.2. Fungsi Nyeri

a. Fungsi protektif

Digunakan untuk menghindarkan tubuh dari ancaman bahaya dari luar tubuh.

b. Fungsi tanda bahaya

Fungsi ini muncul sebagai akibat dari adanya kerusakan jaringan dalam tubuh.

2.3. Teori Nyeri

a. Teori spesifik

Nyeri adalah sensasi seperti halnya melihat dan mendengar. Terjadi melalui sistim transmisi nyeri dari reseptor ke pusat nyeri di otak. Untuk menghilangkan nyeri dilakukan dengan pemotongan (neurosurgical) jalur nyeri.

b.Teori gate control

Dikemukakan oleh Malzack dan Wall (1965). Sensasi nyeri berjalan sepanjang serat saraf diameter kecil C-delta, melewati gate (terdapat di substansi gelatinosa), melalui transmisi ke sel otak. Sensasi ini dapat diblok pada gatenya dengan memberikan stimulasi pada serat saraf berdiameter besar A-delta yang membawa sensasi umum. Gate ini juga dapat ditutup dengan aktivitas otak. Faktor psikologis, pengalaman nyeri terdahulu dan beberapa kondisi fisik dan mental berpengaruh terhadap persepsi nyeri.

2.4. Tipe-Tipe Nyeri

a. Kategori mayor.

1. Nyeri akut : terjadi segera setelah cedera/operasi dan waktunya dapat diperkirakan.

2. Nyeri akut kronik : terjadi sepanjang hari pada beberapa periode, misalnya pasien dengan kanker, cedera spinal cord, nyeri luka bakar.

3. Nyeri benigna kronik : terjadi berulang dalam periode tahun, misalnya nyeri punggung, nyeri kepala, arthritis.

b. Berdasarkan sumber dan lokasi

1. Nyeri superfisial : terjadi bila kulit /struktur permukaan terkena stimulus nyeri.

2. Nyeri dalam : bersumber dari struktur dalam seperti otot dan organ viseral.

3. Nyeri reffered (menjalar) : nyeri aneh yang kadang timbul kecil/tidak nyeri pada tempat rangsang berbahaya, misalnya ischemi myocardial.

2.5. Proses Nyeri

Nyeri adalah sebuah fenomena yang kompleks.

a. Kerusakan dari jaringan yang merangsang reseptor nyeri (nociceptive) atau terjadi karena adanya kerusakan dari sistim transmisi nyeri itu sendiri. Secara umum nyeri adalah sebuah proses yang terdiri dari : transduksi, transmisi dan modulasi nyeri, persepsi nyeri dan reaksi nyeri.

b. Persepsi adalah proses kedua dari nyeri. Setelah nyeri diterima dan ditransmisikan, kemudian harus diinterpretasikan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu sehingga dengan rangsangan yang sama setiap individu akan mempunyai persepsi yang berbeda. Ada interaksi antara faktor psikologis dan kognitif neurofisiologis dalam persepsi nyeri. Menurut Meinhart dan McCaffery (1983) ada tiga sistim persepsi nyeri yaitu diskriminasi-sensori, afeksi-motivasi dan evaluasi kognitif.

c. Respon/reaksi adalah proses ketiga dari nyeri. Respon ini terdiri dari respon fisiologis dan respon tingkah laku. Respon fisiologis berupa respon simpatik dan parasimpatik. Yang paling hebat dari respon ini adalah syok neurogenik. Respon tingkah laku pada setiap pasien sangatlah berbeda karena dipengaruhi oleh situasi, kultur, umur, jenis kelamin, penyebab nyeri, toleransi, nilai dan kemaknaan. Juga faktor psikologis seperti takut, cemas dan depresi. Ada tiga fase dalam respon tingkah laku ini adalah fase antisipasi, fase sensasi, fase setelah nyeri.

2.6. Penanganan Non Invasif Hipnoterapi

Hypnotherapy adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.

Secara konvensional, Hypnotherapy dapat diterapkan kepada mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu : (1). Bersedia dengan sukarela (2). Memiliki kemampuan untuk fokus (3). Memahami komunikasi verbal.

Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta

Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur dengan perangkat EEG)

Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7 – 14 Cps.

Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps

Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps

Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.

Pada saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta.

Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sngat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang bersangkutan

Saat hypnosis dilakukan untuk menekan nyeri, ada penurunan aktivitas di daerah jaringan nyeri (pusat persepsi nyeri) dan peningkatan aktivitas pada area otak lainnya saat hypnosis. Peningkatan tersebut bisa spesifik bisa juga tidak tetapi jelas melakukan sesuatu hal yang menurunkan atau menghambat signal nyeri masuk ke struktur kortikal.

Jaringan nyeri berfungsi seperti system relay. Input signal nyeri berasal dari saraf perifer di daerah dimana rangsang nyeri diberikan, kemudian masuk ke dalam spinal cord dimana informasi diproses dan disalurkan ke dalam batang otak. Dari sini signal menuju area otak tengah dan akhirnya masuk ke dalam korteks otak yang berkaitan dengan persepsi sadar terhadap stimulus eksternal seperti nyeri. Proses yang terjadi pada jaringan nyeri bagian bawah gambarannya terlihat sama antara saat kondisi hypnosis ataupun tidak, namun pada kondisi hypnosis aktivitasnya menurun pada daerah atas (korteks) yang berperan terhadap persepsi nyeri.