Friday, June 5, 2009

Asuhan Keperawatan Vertigo

I. Diagnosis Medis

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

Kausa vertigo sendiri dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Vestibuler

a. Drugs: alkohol

b. Fisiologis: motion sickness

c. Vestibular neuronitis

d. Meniere's disease

e. Labyrnthitis

f. Post-traumatic vertigo

g. Perilymphatic fistula

2. Non-vestibuler (sentral)

a. Cerebeller hemorrhage

b. Brainstem ischemic attacks

c. Basilar artery migrane

d. Posterior fossa tumors

e. Multiple sclerosis.

Berdasarkan gejala klinis vertigo dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Vertigo Paroksismal

ialah vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna, namun suatu ketika serangan tersebut muncul kembali.

2. Vertigo kronis

Vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut.

3. Vertigo akut

Vertigo yang datang serangannya mendadak/akut, berangsur mengurang tetapi pasien tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan

Vertigo dapat terjadi tiba-tiba dan berlangsung sebentar, tapi dapat pula terjadi selama beberapa hari. Mereka dengan vertigo yang berat bisa jadi tak dapat bangun dari tempat tidur dan hal ini akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari. Untuk itu, gejala vertigo dapat bervariasi tergantung berat ringannya. Gejala yang dapat dirasakan antara lain:

  • Tempat pasien berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
  • Mual
  • Muntah
  • Sulit berdiri atau berjalan
  • Sensasi kepala terasa ringan
  • Tak dapat memfokuskan pandangan

II. Web Of Causen










III. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaannya dibagi menjadi:

1 Terapi kausal

sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya.

2. Terapi simtomatik

ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya. Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas, disamping anti vertigo lainnya.

3. Terapi Rehabilitasi

Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.

IV. Fokus Pengkajian

1) Keluhan Utama

Merasa pusing, tempat berpijak berputar atau bergerak-gerak,Sulit berdiri atau berjalan, kepala terasa ringan, tak dapat memfokuskan pandangan, Mual Muntah

2) Riwayat Kesehatan

· Adanya riwayat trauma

· Adanya riwayat infeksi telinga

· Adanya riwayat gangguan persyarafan.

· Adanya faktor pencetus seperti kelelahan, ketidak seimbangan psiko sosial

3) Pola fungsi Kesehatan

  • Perubahan pola istirahat (tidur)
  • Perubahan pola pemenuhan nutrisi
  • Perubahan neuro sensori

4) Pemeriksaan Fisik

  • Tekanan Darah : Tinggi atau rendah
  • Mata : adanya diplopia
  • Telinga : nyeri tekan, adanya cairan
  • Neurologis : tremor

5) Pemeriksaan Penunjang

  • Hasil CT – Scan : adanya tumor, adanya massa lain (seperti darah, cairan dan lain sebagainya)

V. Diagnosis Keperawatan

1) Gangguan pola pemenuhan nutrisi b/d mual muntah

2) Cedera (resiko tinggi terhadap) b/d vertigo

3) Kerusakan penilaian b/d ketidakmampuan yang memerlukan perubahan gaya hidup akibat vertigo yang tidak dapat diperkirakan

4) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaan b/d tidak terpajan informasi

5) Cemas b/d kurang pengetahuan atau ancaman/perubahan status kesehatan & efek ketidakmampuan vertigo

VI. Intervensi Keperawatan Dan Rasionalisasi

1) Dx Keperawatan : Gangguan pola pemenuhan nutrisi b/d mual muntah

Tujuan : Pola pemenuhan nutrisi kembali normal

Kriteria : Klien mampu menghabiskan menu dari RS

Klien tidak muntah setelah makan

Rencana:

· Jelaskan tentang nutrisi dan cara pemenuhannya

R/ agar klien kooperatif

· Kaji antropometri

R/ untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan dasar pelaksanaan tindakan selanjutnya

· Kaji tekanan darah dan nadi

R/ untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan dasar pelaksanaan tindakan selanjutnya

· Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

R/ untuk mengurangi rangsang muntah

· Siapkan lingkungan yang menyenangkan

R/ agar mengurangi irritabilitas dan membantu klien mendapatkan kembali ”appettite”nya.

· Kolaborasi medis dalam pemberian obat anti emetik

R/ untuk mengurangi rangsang muntah

2) Dx Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

Kriteria : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Rencana :

· Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi.

R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

· Kaji latar belakang pendidikan pasien.

R./ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

· Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

· Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.

R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

· Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).

R./ Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan

3) Dx Keperawatan : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria : Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

Emosi stabil., pasien tenang.

Istirahat cukup.

Rencana :

· Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

R./ Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

· Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

R./ Dapat meringankan beban pikiran pasien.

· Gunakan komunikasi terapeutik.

R./ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

· Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

· Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

· Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

R./ Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

· Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

R./ Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

No comments:

Post a Comment